Apakah Unit Link buruk?
Jawaban singkatnya, iya. Biar saya jelaskan lebih lanjut di bawah.
Unit link = Asuransi + Reksadana
Membeli Unit link artinya membeli Asuransi dan Reksadana dari Perusahaan Asuransi. Sebagian Pembeli tidak cukup jeli untuk melihat dua komponen ini ada di dalam Unit link.
Sebagian Pembeli (sebut saja Pembeli X) ingin membeli Asuransi, namun tidak ingin berinvestasi di Reksadana karena
Memerlukan dana untuk kepentingan lain, misalnya menyicil rumah. Sehingga belum mampu menabung.
Kemampuan mendapatkan hasil yang lebih tinggi daripada Reksadana, misalnya dipakai berdagang.
Tidak suka risiko terkait investasi Reksadana.
Pembeli X ini biasanya “tidak sengaja” atau “terpaksa” ikut berinvestasi di Reksadana saat membeli Unit link lewat Perusahaan Asuransi.
Sebagian Pembeli (sebut saja Pembeli Y) ingin berinvestasi Reksadana, namun tidak ingin membeli Asuransi. Pembeli Y ini biasanya “tidak sengaja” membeli asuransi Unit link lewat Bank, sementara tujuan awalnya adalah untuk investasi atau menabung. Istilah kerennya adalah bancassurance.
Kedua Pembeli X dan Y ini baik-baik saja, saat hasil investasi baik. Namun saat terjadi penurunan pada investasi, keduanya akan keberatan karena alasan yang berbeda:
Pembeli X keberatan dengan risiko investasi Reksadana
Pembeli Y keberatan dengan biaya asuransi yang cukup tinggi
Tidak sedikit Pembeli Unit link yang memenuhi deskripsi di atas. Hal ini bisa dilihat dari maraknya keluhan nasabah seputar Unit link. Adalah tugas agen asuransi untuk memberikan pengertian Unit link kepada Pembeli. Namun struktur Unit link tidak mudah dijelaskan kepada Pembeli, bahkan tidak mudah dipahami oleh sebagian agen asuransi.
Tidak semua Reksadana itu sama
Sebut saja Pembeli Z, yang memahami Unit link adalah Asuransi + Reksadana. Pembeli Z ingin membeli Asuransi dan ingin berinvestasi di Reksadana. Apakah membeli Unit link adalah keputusan yang tepat?
Belum tentu...
Komponen Reksadana yang terkandung dalam Unit link adalah komponen yang juga dijual oleh Bank dan Manajer Investasi lainnya. Google saja “beli reksadana” dan akan muncul berbagai pilihan Reksadana.
Sehingga pertanyaan yang perlu dijawab oleh Pembeli Z adalah apakah lebih menguntungkan membeli Reksadana dari Perusahaan Asuransi atau Bank/Manajer Investasi.
Akal sehat menyarankan bahwa saat Perusahaan Asuransi menawarkan dua layanan sekaligus (asuransi dan investasi Reksadana), biaya yang ditagihkan akan lebih murah, karena sinergi. Namun kadang ini tidak terjadi. Reksadana yang dijual oleh Perusahaan Asuransi bisa lebih mahal dibandingkan yang ditawarkan oleh Bank/Manajer Investasi. Karena struktur biaya Unit link yang kompleks, informasi ini sering kurang jelas terlihat dari sisi Pembeli.
Saran untuk calon Pembeli Unit Link
Saya percaya bahwa ada Pembeli Z yang memang ingin membeli Unit link. Untuk Pembeli Z, saran saya adalah menanyakan struktur biaya Reksadana yang terkandung pada Unit link dan membandingkannya dengan Reksadana yang ditawarkan Bank/Manajer Investasi. Biaya-biaya ini adalah:
Bid-offer spread.
Fund management charge.
Bid-offer spread lebih mudah dijelaskan dengan contoh. Jika bid-offer spread 5%, saat Pembeli membeli Reksadana seharga 10 juta, Perusahaan Asuransi akan langsung memotong 500 ribu. Sehingga dana yang menjadi hak Pembeli adalah 9,5 juta.
Fund management charge juga lebih mudah dijelaskan dengan contoh. Jika fund management charge 3%, dan jika dana Pembeli sebesar 100 juta, Perusahaan Asuransi akan memotong 3 juta setiap tahun sebagai jasa mengelola investasi. Biaya ini dibebankan setiap tahun dari dana Pembeli.
Jika Pembeli bisa mendapatkan struktur biaya yang lebih murah dari Bank/Manajer Investasi, maka tidak ada alasan untuk membeli Reksadana dari Perusahaan Asuransi.
Pembeli harus memahami dan bisa membandingkan biaya-biaya di atas. Jika penjelasan di atas terlalu sulit dipahami, mungkin Unit link bukan produk yang tepat untuk Pembeli.